23 Juni 2008

Agama Bukan Sumber Kekerasan

Dimuat di Harian Umum Solopos.
Pada hari Jum’at 25 April 2008.


* Oleh : Syahrul Kirom

Agama turun tidak diruang hampa. Tuhan menurunkan agama di dunia ini mempuyai tujuan tertentu. Kehadiran agama-agama dunia dan kepercayaan lain seperti Hinduisme, Yudaisme, Budhaisme, Kristianitas, Islam, Sikhisme, Konfusianisme, Taoisme, Zoroastrianisme dan Shintoisme merupakan simbol suci kepercayaan yang dianut umat manusia.

Agama-agama tersebut, disadari atau tidak telah memebrikan nuansa perdamaian, kesejahteraan dan ketentraman dalam setiap agama sebagai tempat berteduh dan mengadu seluruh keluh kesah serta penderitaan yang kita alami di dunia ini.

Agama merupakan seperangkat institusi dengan sekelompok orang-orang yang berkumpul secara teratur untuk suatu ibadat dan seperangkat ajaran yang menawarkan cara menghubungkan individu dengan suatau yang dipandang sebagai hakikat tertinggi.

Michael Keene dalam bukun-nya Agama-Agama Dunia (2006) menegaskan bahwa keberadaan agama dan aliran kepercayaan adalah memberikan kesadaran kepada setiap pemeluk agama bahwa keberadaan bukan sebagai sumber kekerasan dan konflik sosial. Akan tetapi, kita harus menyadari bahwa perbedaan keyakinan, ajaran, dan kitab suci merupakan suatu rahmat bagi seluruh umatnya.

Di era zaan modern yang semakin sekuler, liberal, dan pluralis ini agama memainkan peranan dan fungsi yang sangat signifikant bagi kehidupan umat beragama. Penyelidikan-penyelidikan menyatakan bahwa lebih dari 70% penduduk dunia menunjukkan bahwa mereka menganut salah satu agama.

Di Eropa Timur misalnya, semakin banyak orang mengikuti ibadat di sinagoga, mesjid, kuil, dan gereja. Di banyak tempat di dunia imam, rabi, dan pendeta bekerja bersama-sama untuk menciptakan dunia yang semakin baik dan damai dengan ajaran dan kepercayaan masing-masing umat beragama.

Sementara itu, perbedaan-perbedaan agama terkadang juga sering menjadi pusat ketidaktenangan internasional dan ketidaktentraman penduduk seperti yang terjadi di Yugoslavia, Pakistan, Timur Tengah, Irak, dan Irlandia Utara.

Ciptakan Perdamaian
Masih hangat dalm pikirn kita peperangan antara Israel dan Libanon, Iran dan Amerika Serikat beberapa waktu lalu. Itu salah satu bukti nyata bahwa agama sebaliknya makin membuat dunia tidak nyaman, hanya karena persoalan yang remeh-temeh, yakni perbedaan agama dan keyakinan saja konflik sosial pun akhirnya terjadi dengan sangat mengerikan. Karena itu, agama mengambil bagian pada momentum yang paling penting untuk menciptakan perdamaian.

Agama-agama dunia juga merayakan kelahiran, menandai pergantian jenjang masa dewasa, mengesahkan perkawinan serta kehidupan kelurga dan melapangkan jalan dari kehidupan kini menuju kehidupan yang akan datang. Bagi berjuta-juta manusia, agama berada dalam kehidupan mereka pada saat-saat yang paling khusus maupun pada saat yang mengerikan.

Agama juga memberikan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyan yang membingungkan kita. Adakah kekuatan tertinggi lain yang mampu memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan kita? Bagaimanakah kehidupan di mulai?apa arti semuanya dunia ini?Mengapa orang menderita? Bagaimanakah kehidupan sesudah kematian? Siapa yang paling benar di dunia ini? Apa yang akan terjadi terhadap kita apabila kita telah mati?

Mengingat semua ini tidak mengherankan jika agama memberikan banyak inspirasi terhadap karya-karya terbesar dunia seperti dalam seni, musik, dan literatur. Dalam perspektif perenial, semua agama memang dapat dikatakan mengacu pada pengakuan yang suci. Bahwa setiap agama mempunyai kekuatan Yang Maha Dahsyat dan Maha Kuasa di luar kemampuan manusia dan alam semesta ini, yakni menurut ajaran dan kepercayaan masing-masing agama.

Di sisi lain, agama sebenarnya berasal dari perasaan kebergantungan mutlak kepada yang tak terhingga. Rudolf Otto menyebutkan agama sebagai pengalaman pertemuan dengan The Wholly Other yang menimbulkan rasa ngeri dan cinta, sebuah misteri yang menakutkan dan sekaligus memesona, misterium tremendium et fascinnas.

Persoalannya adalah kenapa terkadang agama dianggap mengerikan bagi umat manusia? Sebab agama sering dituding sebagai sumber konflik bagi umat manusia. Terlepas dari perdebatan apakah benar agama menjadi faktor timbulnya kekerasan atas nama agama, fakta berbicara bahwa konflik sosial yang terjadi salah satunya disulut oleh isu agama.

Kebenaran Mutlak
Meski demikian, bukan lantas atas nama agama kita bisa melakukan aksi kekerasan secara semena-mena dengan perbuatan yang merugikan publik. Sebab ajaran agama, tidak pernah mengajarkan pada umatnya untuk melakukan peperangan dan konflik. Karena itu, janganlah agama dibuat kedok untuk bertindak radikal. Akan tetapi, yang jelas agama-agama dunia tidak pernah mengajarkan kekerasan dan konflik. Agama hadir bertujuan untuk menciptakan rasa solidaritas, toleran, bresikap inklusif, damai, dan membawa misi kemanusiaan yang menekankan pada cinta kasih, budi baik, belas kasih dan kegembiraan terhadap sesama umat manusia.

Pemahaman agama perlu dipelajari lagi oleh setiap pemeluk agama termasuk, agama Islam secara komprehensif, bagaimana Tuhan mengajarkan kepada umatnya untuk selalu melakukan kebaikan dan menghormati setiap perbedaan keyakinan agama. Agama merupakan mediator saja bagi manusia untuk menuju kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi, janganlah sampai kemudian jika kita sebagai pemeluk agama kemudian merumuskan pemikiran Tuhan dengan membentuk peraturan,upacara dan tradisi yang sangat jumud. Lebih dari itu, kita sebagai pemeluk agama seolah-olah telah memutlakkan ajaran dan peraturan. Hal itulah yang menyebabkan timbulnya kekerasan.

Kita sebagai pemeluk agama harus kembali membaca pemahaman agama kita. Bahwa agama itu adalah alat dan mediator. Dan kebenaran hanya di tangan Tuhan. Tuhan adalah yang Mutlak, manusia hanya bisa memberikan interpretasi yang belum tentu benar, apalagi jika penafsirannya penuh dengan muatan kepentingan dan kekuasaan. Kebenaran hanya milik Tuhan.

Karena itu, pemahaman yang sempit itu harus kita transformasikan sebagai pemahaman yang mengkontekstualisasikan segala zaman agar tidak menimbulkan aksi kekerasan atara sesama agama.Semoga.

* Penulis adalah Almunus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

0 komentar:

Posting Komentar