1 November 2010

Mengembalikan Roh Sumpah Pemuda

It Was Published In EDISIS MINGGU BISNIS INDONESIA
Minggu, 31 Oktober 2010

KOLOM MOTIVASI

Oleh : Syahrul Kirom*

Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Ilmu Filsafat, Fakultas Filsafat, UGM Yogyakarta

Menjelang hari Sumpah Pemuda Pada Tanggal 28 Oktober 2010 besok ini. Bangsa Indonesia harus banyak belajar dari sejarah masa lalu, karena apa, dengan belajar masa lalu akan menentukan sejarah masa kini dan menatap masa depan, terutama untuk mengembalikan semangat nasionalisme rasa persatuan, banyak kasus yang terjadi di Indonesia saat ini yang menimpa kaum pemuda, terutama masalah tawuran dan bentrokan antar warga di beberapa daerah di Indonesia dan bahkan yang baru saja terjadi di Tarakan dan di Jalan Ampera di Jakarta.

Hal itu menegaskan bahwa semangat nasional, dan makna nilai-nilai sumpah pemuda 1928 yang didengungkan oleh Boedi Oetomo terasa tak memiliki arti apapun (meaningless) saat ini. Sebab apa, banyak para pemuda yang tidak mampu menghayati arti sumpah pemuda sehingga melahirkan kekerasan dan konflik sosial antar warga.

Di dalam sumpah pemuda yang kedua, yakni : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia). Makna sumpah pemuda yang kedua perlu ditafsirkan kembali, sebab apa, banyak kaum pemuda yang tidak mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, karena akhir-akhir ini kita di televisi seringkali menyaksikan bentrokan antar warga. Apakah itu yang dinamakan “berbangsa satu, bangsa Indonesia”?

Melainkan juga unsur–unsur primordialisme, atau kesukuan, harus dihindari, setidaknya faktor itulah atau mungkin sentimen antar warga yang melahirkan kekerasan antar pemuda di Indonesia. Kekerasan antar pemuda itu tercipta karena dipicu oleh kaum pemuda yang tidak memiliki pemahaman dan kemengertiaan makna dari sumpah pemuda. Kaum pemuda tidak mampu menghayati secara filosofis pernyataaan sumpah pemuda yang dinyatakan oleh Boedi Oetomo.

Djoko Suryo dalam karyanya “Transformasi Masyarakat Indonesia Dalam Historiografi Indonesia Modern “ (2010), mengatakan bahwa tanda-tanda kecenderungan tantangan di era globalisasi saat kini adalah datangnya anarki (the coming of anarchy), merebaknya aksi kekerasan antar kaum pemuda saat kini. Apabila pemerintah pusat dan daerah tidak mampu mengatasi aksi konflik horizontal itu, maka berarti pemerintah tidak mampu menghadapi tantangan di era globalisasi.

Sementara itu, Kenichi Ohmae dalam karyanya “ The End of The Nation State” (1996), menyatakan lebih ekstrim, banyak kekerasan kaum pemuda dan bentrokan antar masyarakat menjadi salah satu indikasi berakhirnya negara bangsa (nation state),bangsa Indonesia akan mengalami kehancuran. Karena itu, proses berakhirnya negara bangsa (nation state) harus segera diselesaikan dan bahkan dihindari oleh pemerintah pusat.

Revitalisasi Makna

Dengan demikian, sudah saatnya kaum pemuda di seluruh Indonesia saat ini harus berpikir ulang dalam melakukan aksi kekerasan dan tawuran antar pelajar yang sering kali terjadi di beberapa daerah di Indonesia termasuk di Jakarta. Peristiwa di lapangan menunjukkan bahwa kekerasan fisik antar pemuda masih mengkristal. Karena kaum pemuda tidak memahami arti dan ontologi sumpah pemuda.

Dalam ajaran Masyarakat Samin, di Jawa, memiliki Peribahasa yaitu ojo tukar padu, artinya jangan sering bertengkar. Sebab apa, orang yang sering bertengkar akan membawa kehancuran bagi dirinya sendiri dan bahkan bagi negara Indonesia. Dengan begitu, kaum pemuda perlu juga membangun nilai-nilai kesadaran moralitas dan arti dari nilai-nilai sumpah pemuda, yang sejatinya harus menjadi kesadaran secara bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Karena itu, Sumpah Pemuda merupakan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Mulai sekarang marilah kita mengembalikan jati diri bangsa Indonesia dan mengembalikan roh sumpah pemuda dengan melihat kembali Makna Hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 2010, yakni rasa persatuan dan kesatuan. Dengan begitu, identitas bangsa Indonesia yang menganut juga nilai-nila pancasila dan semangat Bhineka Tunggal Ika juga harus diimplementasikan oleh kaum pemuda saat ini, agar bangsa Indonesia terhindari dari budaya kekerasan dan anarkisme.

Lebih dari itu, saat ini kaum pemuda juga harus mereinterpretasikan kembali makna sumpah pemuda di era sekarang, sehingga semangat sumpah pemuda bisa dikontekstualkan, yaitu dengan selalu bercermin diri, pada moralitas dan etika pada diri masing-masing manusia, melainkan semangat menghindari praktek-praktek korupsi juga harus dilaksanakan. Sebab apa, persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia akan hancur karena merebaknya praktek-praktek korupsi yang dilakukan kaum pemuda.

Dengan demikian, sumpah Pemuda yang sejatinya merupakan alat pemersatu bangsa Indonesia yang amat ampuh dalam perjuangan melawan Jepang dan Belanda, perlu direkontekstualisasi semangat pemuda saat ini yang sudah seharusnya untuk melawan moralitas kita sendiri, dari perbuatan anarkisme, kekerasan fisik dan itu perlu diwujudkan serta diterapkan dengan tujuan untuk mencintai nasionalisme negara Indonesia agar sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara baik dari bidang politik, ekonomi, sosial, dan pendidikan itu tidak rapuh.