29 Januari 2010

Menguak Sejarah RI Modern

It Was Published in Koran Jakarta Newspaper

Jum’at, 8 Januari 2010

PERADA

Oleh : Syahrul Kirom

Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Ilmu Filsafat, Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.


Sejarah Indonesia di masa lampau merupakan salah satu pintu masuk menuju kesejarahan masa kini dan untuk menatap masa depan. Apabila bangsa Indonesia ini tidak mau belajar dari sejarah-sejarah masa lampau. Maka negara Indonesia yang kita cintai saat ini akan menghadapi problem besar. Pertanyaan secara filosofis adalah apakah pejabat negara dan bangsa Indonesia ini sudah bercermin dari sejarah masa lalu ?

Melalui buku dengan judul “Transfomasi Masyarakat Indonesia Dalam Historiografi Indonesia Modern” (2009) yang ditulis Djoko Suryo ini pada hakekatnya ingin menjelaskan bagaimana proses sejarah dan perubahan masyarakat Indonesia di era modernisasi. Melainkan juga, perjalanan Indonesia menuju modernisasi ternyata menyimpan sekian permasalahan besar. Djoko Suryo, seorang sejarawan sosial-politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, ia ingin mengkritisi secara filosofis munculnya benih-benih permasalahan besar arus modernisasi yang harus diperhatikan oleh pemerintah pusat maupun daerah.

Kota-kota di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta yang sekarang ini mengalami perkembangan cukup pesat dari segi gedung dan prasana itu, tak bisa dilepaskan dari sejarah masa lalu. Masa lalu memberikan sumbangan yang berarti untuk menuju ke arah masa kini dan masa yang akan datang. Transformasi perubahan masyarakat Indonesia nampak terlihat dari budaya hidup yang begitu tinggi dan life style yang mewah dan segi konsumerisme yang sangat tinggi. Selain itu, saat ini segala kebutuhan manusia modern telah tersedia secara praktis.

Seiring dengan perkembangan perubahan kebudayaan Indonesia menuju budaya modern. Ternyata, kota-kota di Indonesia pada hakekatnya sedang menghadapi, persoalan-persoalan baru dalam arus dinamika kebudayaan baru, seperti kecenderungan budaya Kitsch, budaya kapitalis (capitalist culture), budaya industrial (industrial culture), budaya pop (pop culture), konsumerisme, materialisme dan budaya urban (urban culture) (hlm: 114).

Sementara itu, sejarah Indonesia modern itu kini telah menjadi budaya-budaya kapitalis dan budaya konsumerisme serta budaya urban yang sangati tinggi untuk tinggal di kota-kota besar. Perubahan dinamika dalam kebudayaan menuju Indonesia modern, tak selamanya juga memiliki nila-nilai positif, efek negatif ternyata juga ditimbulkan oleh adanya arus modernisasi yang semakin membahayakan umat manusia.
Dengan demikian, apabila kota-kota Indonesia tidak ditanggulangi dengan perencanaan dan kebijakan yang tepat melalui perkembangan kota-kota di Indonesia dapat terjerumus menjadi tempat kehidupan yang penuh horror & terror, mengerikan (dreadful night), kemiskinan-kekumuhan di tengah gedung-gedung pencakar langit, seperti yang pernah terjadi di kota-kota Eropa pada abad ke-19. (hlmL115).

Di sisi lain, banyak pandangan-pandangan dari para ahli sejarah mengenai makna dari kecenderungan-kecenderungan mutakhir tersebut pada masa kini. Paling tidak ada ada 4 perspektif pandangan para ahli mengenai hakekat perubahan tatanan global. Pertama, perspektif berakhirnya sejarah (the end of history). Kedua, perspektif homogenisasi desa global yang mendunia (global village-global homogenization perspective). Ketiga, perselisihan peradaban (clash of civilization) dan datangnya anarki (the coming of anarchy) (hlm:32).

Oleh karena itu, jika perubahan budaya di Indonesia, yang diakibatkan oleh perubahan tatanan global dunia itu tidak disikapi lebih serius oleh pemerintah pusat. Maka problem besar akan dihadapi bangsa Indonesia pada masa mendatang, budaya-budaya kapitalis dan materialisme itulah yang justru akan menggusur nilai-nilai luhur budaya masa lalu yang sesungguhnya mencerminkan nilai-nilai moral dan etika yang menekankan pada hidup sederhana dan tidak mementingkan individualisme.

Dengan begitu, belajar dari sejarah masa lalu juga sangat signifikant, dalam artian memetik hal-hal yang positif dari masa lalu, dengan tujuan untuk memperbaiki masa kini dan untuk menatap masa depan. Sehingga dengan memiliki pengetahuan masa lampau bisa dijadikan sebagai pegangan (guidance), arahan dan kebijakan untuk menyusun kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia yang lebih baik.

Kehadiran buku ini sangat signifikan sekali bagi para sejarawan, peneliti dan bahkan masyarakat Indonesia untuk mengetahui secara utuh sebuah transformasi masyarakat Indonesia dalam historiografi Indonesia menuju masyarakat modern,. Karena itu, Djoko Suryo berharap kepada peminat sejarah agar selalu meningkatkan ketekunan, ketelitian dan ketuntasan dalam pengkajian dan penelitian sejarah masyarakat Indonesia, demi untuk kemajuan bangsa dan negara. Semoga.