8 Juli 2009

Membumikan Etika Religius Calon Pemimpin 2009

It Was Published in Duta Masyarakat Newspapers

Selasa, 7 Juli 2009

OPINI

Oleh : SYAHRUL KIROM, Alumnus Santri Pondok Pesantren Tambakberas Bahrul Ulum Jombang, Jawa Timur.

Menjelang pemilu presiden 8 Juli 2009 mendatang, suhu perpolitikan di Indonesia kian memanas. Pasalnya, dalam pemilu presiden 2009 kali ini yang telah di beritakan oleh berbagai media cetak maupun elektronik ada tiga kandidat capres (calon presiden) dan cawapres (calon wakil presiden) yang akan maju dalam persaingan untuk memperebutkan kursi RI-1 di Indonesia, yakni Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono, M. Jusuf Kalla dan Wiranto, Megawati Soekarno Putri dan Prabowo.

Mencermati perkembangan perpolitikan di negeri kita ini kian menarik manakala Masyarakat sebagai pemilih mampu membaca dan merekam jejak kepemimpinan ketiga capres tersebut. Di antara mereka manakah yang layak untuk memimpin negeri ini untuk periode 2009-2014. Jika publik atau masyarakat bisa memilih secara kritis dan bijaksana dalam menentukan pilihannya, niscaya negeri ini akan maju dan membawa perubahan bagi rakyat Indonesia.

Kepemimpinan yang baik merupakan cerminan dari karakter calon pemimpin. Seorang pemimpin itu harus berwibawa, memiliki intelektual yang tinggi, integritas, loyalitas terhadap pengabdian masyarakat dan memiliki sense of responsibility yang tinggi untuk menyejahterakan dan memakmurkan bangsa Indonesia.

Selain itu, juga harus memiliki etika berpolitik yang santun dan tidak boleh saling menghina, mengejek atau bahkan menjatuhkan lawan politiknya di depan publik.

Seorang pemimpin dalam bersaing dan berkompentesi harus secara fair, demokratis dan transparan, tidak boleh bermain curang dan menggunakan cara yang kotor serta menghalalkan segala cara, jika tindakan kotor dalam berpolitik itu dilakukan, tunggu saja kehancuran peradaban negara Indonesia.

Sementara itu, dalam karya Al Mawardi yang berjudul �Al Ahkam al �Sultaniyyah� (1966), menyebutkan prinsip-prinsip berpolitik Nabi Muhammad adalah Pertama, berpolitik harus bertujuan untuk kemaslahatan agama dan umat. Kedua, berpolitik tidak boleh melupakan kasih sayang terhadap sesamanya yang menderita kemiskinan dan pengangguran. Ketiga, calon pemimpin harus dapat menjadi tauladan kebaikan bagi orang lain dan dapat hidup secara sederhana, tidak boleh mementingkan keluarga dan partai politiknya. Keempat, calon pemimpin harus berbuat adil dan baik kepada semua orang serta harus mampu menegakkan keadilan hukum untuk semua orang. Kelima, calon pemimpin harus bisa menepati janjinya untuk menyejahterakan umat manusia.

Karena itu, para capres-cawapes perlu belajar banyak dari kepemimpinan rasulullah Nabi Muhammad atau bahkan teologi politik rasulullah dalam memimpin negeri. Rasulullah SAW adalah seorang Rasul dan Nabi, akan tetapi apakah dia dalam memimpin negeri Islam itu berpolitik? Itu semua tergantung pada apa yang kita maksudkan dengan istilah berpolitik, jika maksud berpolitik adalah mendirikan dan memimpin partai politik atau mencalonkan diri untuk memegang jabatan politik atau menjadi wakil rakyat, maka jelas Nabi Muhammad tidak ber-politik.

Menurut Maghfur Usman, berpolitik adalah memimpin umat dalam urusan sehari-hari demi kemaslahatan umat dan mampu menyelesaikan persoalan kebangsaan yang terjadi di antara umat manusia yakni tentang kemiskinan, pengangguran, kelaparan, musibah bencana serta problem sosial politik lainnya dan bagaimana seorang calon pemimpin itu bisa mengabdikan tugas negara untuk umat dan bangsanya, bukan untuk individu, keluarga dan kepentingan kelompok partai politiknya.

Nabi Muhammad memimpin pemerintahan ini dengan bijaksana, adil dan penuh keteladanan, persoalannya secara filosofis adalah bagaimana para capres 2009 ini bisa mentauladani kepemimpinan Nabi Muhammad dalam berpolitik atau menjalankan tugas negara sebagai pemimpin dan kepala negara Islam pada masa itu? Sejarah itulah, yang perlu digali dan diimplementasikan oleh calon presiden 2009 dari Al-Quran sebagai wahyu yang diajarkan dalam agama Islam. Sehingga medan politik yang selama ini dianggap sebagai medan yang kotor dan penuh kemunafikan dapat diubah menjadi medan politik yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

Karena itu, para capres 2009 yang akan maju dalam pemilihan presiden (pilpres) 2009 ini harus selalu mengedepankan akhlak dan etika religius-politik yang baik dan tidak bermain curang dengan melakukan penyuapan uang, sembako atau melakukan penggelembungan suara, dengan membeli suara kepada kelompok tertentu. Kita harus banyak belajar dari pemilu legislatif 9 Aprill 2009 lalu yang penuh dengan kecurangan dan ketidaksiapan Komisi Pemilu Umum (KPU).

Dengan begitu, para capres yang akan bertarung untuk meraih kursi kekuasaan presiden RI harus bersikap transparan, jujur, adil dan demokratis.

Dengan demikian, para capres-cawapres ini dalam berpolitik dan berkampanye harus selalu mengedepakan etika religius dan harus memiliki sikap-sikap politik yang baik, jujur, amanah, tabligh, fathonah, saleh, tidak curang, tidak melakukan penyuapan, yang selalu diajarkan Nabi Muhammad. Sehingga, lahirlah sosok pemimpin yang bisa mengayomi dan memberikan tauladan yang baik bagi rakyat dan bangsa Indonesia tercinta ini. Semoga

0 komentar:

Posting Komentar