6 November 2008

Dari Raja Jawa ke RI 1

Dimuat di Koran Kompas Jogja

Selasa, 4 November 2008

Oleh : Syahrul Kirom*

Forum

Suhu perpolitikan kian memanas. Hal ini, antara lain, disebabkan raja Jawa dari Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono X, siap maju dalam pemilihan calon presiden 2009. Fenomena itu tentu membuat persaingan antarcalon presiden semakin menghangat.

Panggilan Ibu Pertiwi bagi HB X menjadi pemimpin kini sangat diharapkan oleh masyarakat Indonesia. Selama kepemimpinan Orde Lama, Orde Baru, hingga pasca-Reformasi yang berjalan sekitar 10 tahun tidak ada satu perubahan signifikan untuk membawa perbaikan bangsa Indonesia terutama guna mengentaskan kemiskinan, kesejahteraan, kemakmuran, keadilan hukum, dan demokratisasi.

Keputusan Sultan maju menjadi calon presiden (capres) tentu saja bukan sebuah sikap yang ujug-ujug (tiba-tiba) muncul. Keputusan itu sudah melewati dan melalui proses perenungan secara kritis dan filosofis dengan kontemplasi yang sangat lama, bahkan semadi panjang dan berulang guna merumuskan kata hati nuraninya untuk menjadi pemimpin bangsa Indonesia dan merebut kedaulatan rakyat Indonesia dari para pemimpin wakil rakyat yang kurang bertanggung jawab atas nasib rakyat seluruh Indonesia.

Karena itu, sudah selayaknya dan seharusnya HB X harus mencalonkan diri menjadi capres. Rakyat dan masyarakat Indonesia sudah tidak tahan mendengar dan mengalami penderitaan ekonomi, peperangan, konflik, kekerasan atas nama agama dan gizi buruk, hingga korupsi yang merajalela. Hal itulah yang menyebabkan HB X harus turut andil membawa perubahan bagi negara dan bangsa Indonesia.

Di samping itu, majunya Sultan menjadi capres mendapat banyak dukungan dari elemen masyarakat seperti Gerakan Kawula Mataram Manunggal (GKMM), Asosiasi Pemerintahan Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) DI Yogyakarta, Manunggaling Pasederekan Sleman, Kelompok Perajin, Masyarakat Seniman Tradisional, Paguyuban 21, Komunitas Pendidikan, Forum Petani dan Paguyuban Pedagang, termasuk kelompok masyarakat non-golongan yang berasal dari Demak, Grobogan, Magelang, Purworejo, Wonogiri, dan Malang, Jawa Timur.

Sultan merupakan salah seorang "satrio piningit" satu-satunya yang bisa diharapkan orang-orang Jawa dan bahkan banyak masyarakat dari kerajaan lainnya untuk memegang tampuk kekuasaan dalam Pemilu 2009. Satrio piningit, dalam kisah Jawa ini, merupakan pemimpin yang bisa membawa perubahan.

Dalam diskusi di salah satu stasiun televisi, ketika diwawancarai, Sultan maju ke pentas politik nasional atas kehendak rakyat dan karena hati nuraninya untuk memimpin kerajaan Indonesia. Sultan maju menjadi capres bukan karena faktor memperebutkan kekuasaan. Sultan ingin mengabdikan diri kepada masyarakat serta menjalankan fungsi sebagai manusia biasa sebagai pemimpin yang bisa mengayomi, melindungi, bahkan memberikan ketenteraman rakyat.

Majunya Sultan menjadi capres sangat menarik ditelaah secara kritis. Pasalnya, banyak tokoh reformasi yang sangat berambisi merebut kekuasaaan untuk memperoleh keuntungan pribadi dan kelompoknya serta berkoar-koar dengan lantang mencalonkan diri sebagai capres tanpa memahami kapasitasnya. Namun, Sultan begitu tenang dan lebih banyak melakukan semadi dan diam seolah melihat keadaan yang sedang dialami, yaitu penderitaan rakyat Indonesia.

Masih proses
Dalam konteks perpolitikan di Indonesia, banyak pakar politik mengatakan, ketika HB X maju menjadi capres 2009, pertanyaan yang mengemuka adalah apa kendaraan politik yang digunakan? Apakah Sultan sudah mengalkulasi jumlah pemilih? Apakah HB X bisa memperoleh suara 20 persen dalam pemilu legislatif?

Dalam perhitungan dan peta politik, sementara kalangan menilai HB X kurang memiliki dukungan yang kuat dari massa lainnya untuk menjadi capres. Akan tetapi, itu semua masih menjadi sebuah proses. Pemilu masih sekitar tujuh bulan, waktu yang masih panjang untuk Sultan membangun koalisi dan komunikasi lainnya dengan partai-partai kecil. Tentu kita berharap partai-partai kecil seperti PAN, PKS, PKB, PBB, PKNU bisa berkoalisi mencalonkan Sultan menjadi presiden. Sebab, inilah pemimpin yang layak bagi rakyat Indonesia.

Perlu kita sadari bahwa politik dalam menentukan siapa yang pasti dan bakal menjadi calon presiden tidak bisa ditentukan dengan hitung-hitungan angka dari sejumlah lembaga swadaya masyarakat. Karena bagaimanapun ketika Ngarsa Dalem Sultan HB X maju tentu banyak dukungan dan arahan yang jelas serta kemungkinan peluang- peluang untuk mendukungnya sangat besar.

Sementara itu, meminjam bahasa Agus Wibowo, bahwa Sultan adalah seorang yang memiliki karisma pribadi yang penuh dengan keteladanan. Karisma dan kewibawaan dalam memimpin bisa dilihat dari kemampuannya menafsirkan filosofi Takhta (kekuasaan) hanyalah untuk rakyat dan mengabdi untuk bangsa dan negara Indonesia tercinta ini.

Raja Keraton Kasultanan Yogyakarta tersebut, oleh sebagian kalangan, dianggap mumpuni untuk melanjutkan estafet kepemimpinan nasional. Satu hal yang pasti, rakyat menghendaki figur pemimpin yang terbaik, yang bisa membawa kehidupan bangsa ini menjadi semakin baik ke depan. Karena itu, majunya Sultan juga harus mendapat dukungan seluruh masyarakat Indonesia.

Sultan merupakan tokoh yang ideal untuk menjadi pemimpin karena ia mempunyai karakter yang sesuai dengan keadaan bangsa kita yang sangat plural, demokratis, dan multireligius. Sultan memiliki kepemimpinan dan keteladanan serta keberpihakan kepada rakyat Indonesia, tanpa ada tendensi apa pun dalam mencalonkan menjadi presiden pada Pemilu 2009 untuk merebut kekuasaan, bahkan untuk menjual aset-aset negara. Sultan adalah raja Jawa, sosok linuwih dan penuh pengabdian yang diberi mandat dari raja leluhurnya untuk menjadi pemimpin masa depan yang mampu membawa kemajuan dan perubahan bagi Republik Indonesia. Semoga.

* Syahrul Kirom Alumnus Jurusan Aqidah dan Filsafat Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

1 komentar:

Dede Ariyanto mengatakan...

Tes menulis komentar buat blognya kirom katanya ada beberapa gangguan tapi sejalan ini aku bisa kok. Coba kamu masuk keblog aku dan isi komentar. Pasti bisa, mungkkin caranya aja yang beda. Sebab jika di blog aku sudah ada petunjuk aturan pemakainnyanya hiks...hiks...hiks...

Posting Komentar