25 Maret 2011

TINJAUAN FILOSOFIS DAN GOYAHNYA BUMI

It Was Published in KONTAN News Paper

Sabtu, 12 Maret 2011

OPINI

Syahrul Kirom, Mahasiswa Pascasarjana (S2), Program Master Filsafat, Fakultas Filsafat, UGM, Yogyakarta



Bencana makin sering terjadi di bumi ini, dan Indonesia adalah termasuk salah satu negara yang paling banyak ditimpa musibah bencana alam, baik itu gempa bumi dan tsunami, bencana banjir, banjir bandang, tanah longsor dan sebagainya. Tak Cuma itu, kemarin, gempa tsunami juga melanda di Jepang 8,9 SR dan bahkan diperkirakan akan melanda Pidie, Aceh. Bencana demi bencana yang melanda bumi kita Indonesia sudah seharusnya memberikan kesadaran kritis kepada pemerintah pusat dan daerah untuk segera melakukan upaya pencegahan dan perbaikan dalam aspek lingkungan hidup.

Pertanyaan secara filosofis kenapa hari demi hari bumi ini semakin retak dan rentan terjadinya gempa dan bencana alam ini? Ada apa dengan bumi ini ? faktor faktor itulah yang sejatinya perlu kita pikirkan bersama. Jangan-jangan terjadinya gempa bumi itu, akibat dari daya dukung bumi, yang tak mampu lagi menerima populas manusia yang begitu banyak. Sehingga menyebabkan bumi semakin lemah dan tak berdaya menerima kuasa manusia yang selalu mengeruk isi bumi sampai tuntas.

Ada beberapa faktor yang juga mungkin menyebabkan bumi ini semakin mudah terjadi bencana alam. Pertama, keberadaan mobil, sepede motor yang sangat banyak misalnya di ibu kota Jakarta justru semakin memperkeruh keadaan yang ada di dalam bumi, sebab apa, hal itu membuat bumi semakin tercemar oleh polusi yang dihasilkan dari kendaraan bermotor dan mengakibatkan kerusakan lingkungan, melainkan jika para pengendara mobil dan sepeda montor yang banyak dan membutuhkan bensin dan oli, tentunya itu juga akan menguras isi bumi sebagai bahan bakar minyak dan gas bumi. Lalu yang terjadi adalah eksploitasi sumber daya energi dan mineral yang berlebihan, tanpa melihat dampak yang ditimbulkan pada kemudian hari.

Kedua, penyebab rentanya bumi, itu juga diakibatkan karena adanya banyak bangunan industri dan pelebaran rumah-rumah di Kota sehingga penghijauan tidak ada dan bahkan lebih parahnya segala bentuk ruang-ruang hijau itu dibabat habis dibuat mall-mall besar dan industri perusahaan yang besar. Karena itu, akibat adanya pengeboran tanah-tanah demi pelabaran bangunan rumah dan industri itulah yang sejatinya bumi ini disakiti oleh manusia, tanpa memperhatikan penghijauan-penghijauan untuk bumi bernafas. Dengan demikian, kita berharap agar tindakan peduli lingkungan tdak memunculkan gempa bumi dan banjir di Ibu Kota Jakarta.

Ketiga, padatnya populasi manusia di Indonesia mungkin juga bisa menjadi penyebab salah satu daya dukung bumi semakin melemah, sehingga bumi dan isi alam semesta ini selalu dikuras karena kebutuhan manusia terhadap sumber daya energi dan mineral. Karena itu, populasi manusia harus dikurangi sebagai upaya dampaknya berlebihan atas kebutuhan mansuai. Dengan begitu, kebutuhan ekonomi kapitalisitisk itulah yang terjadi terhadapa pola pikir mansuai sebagai cara-cara memenuhi kebutuhan manusia dengan melakukan eksplorasi dan ekploitasi atas perut bumi.

Keempat, keberadaan peralatan teknologi yang semakin canggih, sungguh telah menciptakan dan bahkan membuat bumi menyadarkan akan posisinya yang melemah, hal itu disebabkan teknologi, dalam konteks ini bisa berupa AC, Genset, listrik, dan alat lain yang meruntuhkan bumi, karena tenaga di dalam bumi ini disedot untuk kepentingan teknologi. Karena itu, pengurangan terhadap penggunaan alat teknologi itu harus dilakukan oleh sebagian umat manusia. Kalau bisa kita harus melakukan hemat energi dari bumi dan hemat listrik, untuk mengurangi terjadi banyak becana alam.

Akibat dari tindakan manusia yang terlalu berlebihan dalam menggunakan berbagai teknologi, seperti listirik, mobil yang berlebihan. Hal itu menyebakna dukungan terhadap bumi ini semakin melemah, sehingga menimulkan adanya degradasi tanah diberbagai daerah, kerusakan karena polusi yang parah yang disebabkan dari asap kendaraan, sampah-sampah lainnya dan hilangnya keanekaragaman hayati, penurunan muka air, berkurangnya populasi burung dan kehidupan liar (spesies hewan lainnya), dan terjadinya pemanasan global (global warming).

A.J.McMichael dalam, “Planetary Overload: Global Enviromental Change and The Health of Human Species” (1993), menegaskan akibat dampak buruk dari pembangunan rumah dan tempat industri yang berlebihan, serta keberadaan mobil-mobil itu akan menyebabkan beberapa hal di antaranya yakni, habisnya berbagai bahan yang tidak bisa diperbarui, kontaminasi lingkungan oleh bahan-bahan beracun, berkuranganya kestabilan dan produktivitas sistem biosfer. Hal itu yang menyebabkan bumi memuntahkan perut buminya dengan gejala alam seperti bencana alam dan meletusnya gunung merapi.

Karena itu, kita sudah seharusnya menyadari akan hal itu semua, sebagai upaya untuk memahami dan menghayati isi bumi, bahwa perut bumi semakin habis karena dikuras oleh kebutuhan manusia yang terlalu berlebihan. Dengan begitu, eksploitasi terhadap sumber daya alam perlu direduksi oleh seluruh masyarakat dan pemerintah pusat.

Agar bumi Indonesia bisa terawat dan masih menyegarkan, bahkan kita perlu menggalakan cintai bumi pertiwi Indonesia, hindari penebangan hutan secara liar, praktek pengurasan alam berlebihan dan hemat listrik, kurangi kendaraan bermobil, sediakan lahan penghijauaan untuk pernafasan bumi Indonesia. Dengan tujuan untuk menghindari bencana alam, gempa bumi dan tsunami serta meletusnya gunung-gunung di Indonesia. Semoga.