22 Februari 2010

Hedonisme Pejabat Negara

It Was Published in Merapi Newspaper

Jum’at, 5 Februari 2010

NGUDA RASA

Syahrul Kirom, S.Fil.I

Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Ilmu Filsafat, Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.



Wakil rakyat seharusnya merakyat. Lirik lagu Iwan Fals itu memberikan saran dan kritik kepada pejabat negara. Wakil rakyat yang duduk di DPR RI, sudah seharusnya mampu merepresentasikan kepentingan rakyat. Akan tetapi, pertanyaan secara filosofis adalah apakah selama ini wakil rakyat yang duduk di dalam DPR RI dan pejabat negara itu sudah menunjukkan dan mewakili kepentingan masyarakat Indonesia atas kebijakan yang diputuskannya?

Di tengah-tengah rakyat Indonesia yang masih mengalami banyak penderitaan, kemiskinan, dan pengganguran, pemerintah malah membuat kebijakan yang sesungguhnya telah melukai hati nurani dan prinsip-prinsip moral seluruh bangsa Indonesia. Justru pemerintah membuat kebijakan yang sesungguhnya malah memihak terhadap kebijakan penguasa.

Pertama, pembelian mobil mewah untuk para kabinet Indonesia bersatu dengan harga mencapai 1 Miliar. Sungguh hidup yang mewah dan nyaman sekali. Para pejabat negara telah menerima mobil dinas baru. Kalau sebelumnya pejabat tinggi negara mendapat mobil dinas Toyota Camry, mulai kemarin diganti Toyota Crown Super Saloon. Harganya Rp 1,3 miliar.

Pembelian mobil dinas yang mencapai sangat mahal, itu sangat kontroversial dengan kerja Kabinet dan program yang ditawarkan yang masih belum berpihak kepada rakyat Indonesia. Karena itu, kerja dan kegiatan untuk menyejahterkan rakyat Indonesia harus diprioritaskan dahulu, belum melakukan kerja maksimal sudah dikasih mobil dinas yang mewah dan mahal. Hedonisme telah menjiwai para pejabat tinggi negara.

Kedua, pembelian pesawat untuk kepresidenan yang mencapai 200 miliar. Harga itu sangat mahal sekali, pembelian kepresidenan itu ada. Apakah harga pembelian pesawat itu tidak sebaiknya ditunda lebih dahulu, atau anggaran dana itu diperuntukkan kepada rakyat Indonesia yang lagi membutuhkan santunan dan pemberian guna untuk memenuhi hidupnya. Itu merupakan tindakan yang mulia dan cintai oleh Tuhan

Ketiga, lebih parahnya, setelah mobil mewah, pembelian pesawat presden, pembelian Laptop anggota DPR dan pembenahan rumah dinas DPR, serta pembenahan tembok atau pagar Istana yang mencapai miliaran. Kini, pemerintah pusat akan memberikan kenaikkan gaji sekitar 20 persen untuk presiden dan wakil presiden dan anggota DPR. Sungguh hidup yang bergelimpangan penuh kemewahan yang sesungguhnya telah melukai hati nurani. Apakah kebijakan itu yang mencerminkan watak dan perilaku pejabat negara?

Berdasarkan asumsi di atas, apakah kebijakan itu semua, mencerminkan wakil rakyat yang seharusnya. Ternyata belum tentu, wakil rakyat dan pejabat negara yang kita bayangkan untuk mampu mensejaheterakan dan memberikan rasa keadilan, kemakmuran untuk seluruh kepentingan rakyat Indonesia, ternyata pejabat negara itu belum mampu memberikan jawaban. Sungguh hidup di negara yang semrawut, segala kebijakan itu lebih pro terhadap para penguasan, lalu di mana kebijakan yang pro rakyat ?

Aristoteles, seorang filsuf Yunani (384SM) mengatakan jika manusia ingin hidup yang baik maka manusia harus bisa mencapai kebahagian. Manusia hidup di dunia ini tidak hanya memperoleh suatu kenikmatan (hedonism) semata, ketika kita sudah memperoleh kenikmatan material, namun kebahagian tidak diperoleh. Itu sama saja tidak mencapai kebahagian.

Kebahagian itu harus dicapai dengan melalui tindakan. Nilai tertinggi manusia mesti terletak dalam suatu tindakan yang merealisasikan kemampuan atau potensialitas manusia untuk kepentingan publik. Ketika kebahagian dilakukan melalui tindakan, maka kebahagaian pejabat negara itu jelas akan dirasakan oleh umat manusia.

Hedonisme telah menjangkiti para pejabat negara, kepuasan dan kenikmatan dunia telah merambah para penguasa, apakah mereka tidak pernah berpikir untuk memberikan yang terbaik untuk kepentingan bangsa Indonesia. Plato (427SM) mempunyai pendapat, tentang hidup yang baik. Hidup yang baik adalah hidup yang bermutu, yang terasa berhasil, hidup yang terasa bernilai, yang mencapai kualitas maksimum yang dapat direalisasikan. Pandangan Plato, menegaskan pada kita bahwa manusa itu apabila ingin mencapai suatu kebahagian dan kebaikan adalah manusia harus berguna terhadap sesama dan mampu memberikan yang terbaik bagi kualitas dirinnya.

Karena itu, kebijakan untuk menaikkan gaji pejabat negara, itu tidak memberikan kualitas hidup yang baik. Apakah dengan adanya kenaikkan gaji pejabat negara itu akan memberikan kerja mereka semakin baik ? atau apakah dengan memberikan kenaikkan gaji dan fasilisitas yang mewah itu akan memberikan jaminan terhadap mereka untuk tidak melakukan korupsi ?

Meminjam analisis Franz Magnis Suseno, orang itu dikatakan baik, apabila manusia itu mampu menguasai nafsunya, jika manusia tidak mampu mengendalikan hawa nafsu, maka selama itu juga, manusia akan hidup dalam ketidakteraturan, dalam artian manusia akan memiliki kesalahan dan kelemahan di diri manusia dan bahkan karma Tuhan akan mengancam kehidupan manusia yang tidak mampu mengendalikan nafsunya. Karena manusia hidup hanya menuruti hawa nafsu, bukan menuruti hati nurani dan akal budinya. Untuk mencapai suatu hidup yang baik dan bahagia, manusia tidak perbolehkan untuk menuruti segala hafsu dan emosi. Sebab apa, di dalam benih-benih hawa nafsu dan emosi itu tersimpan nilai-nilai kejahatan dan keburukan.

Dengan demikian. kita hanya berharap terhadap Susilo Bambang Yudhoyono untuk menunda segala kebijakan untuk menaikkan gaji pejabat negara dan kebijakan mobil mewah atau pembelian pesawat. Karena itu, sesungguhnya mereka telah menari-nari diatas penderitan rakyat kecil. Apakah itu yang dinamakan tauladan wakil rakyat ? Dengan begitu, pemerintahan SBY harus memberikan dan membuat kebijakan yang pro kepentingan rakyat kecil. Sehingga, menurut Aristoteles, hidup yang baik adalah bagi mereka yang mampu membuat kebijakan pemerintah yang berguna dan bernilai, bermanfaat bagi seluruh kepentingan rakyat Indonesia dan bangsa Indonesia. Semoga.