28 Mei 2009

Memilih capres perspektif Jawa

It Was Published in Wawasan Sore Newspaper

Kamis, 28 Mei 2009

OPINI

MENJELANG Pemilihan Presiden 8 Juli 2009 suhu perpolitikan kian menghangat. Pasalnya para calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang sudah diberitakan media massa, akan ada tiga pasang kandidat capres-cawapres yang maju dalam Pemilu 2009 yakni Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono, M Jusuf Kalla dan Wiranto, Megawati Seokarno Putri dan Prabowo. Para capres semakin gencar untuk melakukan manuver politik dan strategi koalisi untuk mendulang suara yang lebih banyak serta untuk memperbutkan kekuasan di Indonesia.

Pesta Pemilu Presiden 2009 ini adalah bagian dari suatu demokrasi untuk menuju kursi dalam menentukan pemilihan calon presiden dan wakil presiden sebagai pemimpin bangsa Indonesia. Sehingga dengan adanya pemilihan capres diharapkan bisa membawa kemakmuran dan kesejahteran bangsa Indonesia.

Namun demikian, para pemilih juga harus cerdas dan kritis dalam menentukan calon presiden atau pemimpin yang mumpuni, mempunyai integritas, loyalitas dan kesetiaan untuk selalu menyejahterakan rakyat dan memimpin negeri Indonesia tercinta dengan lebih baik serta mempunyai visi dan tujuan yang jelas ke arah kemajuan bangsa Indonesia.

Pemimpin adalah orang yang memimpin kelompoknya untuk mencapai satu tujuan tertentu. Pemimpin diikuti oleh masyarakat dan rakyat yang dipimpinnya dalam geraknya untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dan adil sentosa. Pemimpin yang buta tujuan atau buta cara mencapai tujuan masyarakat dan rakyat Indonesia akan membawa kehancuran peradaban negara Indonesia.

Jika kita memilih pemimpin untuk memimpin negara dan pemerintahan maka tentulah diperlukan kriteria tertentu agar jangan terjadi kesalahan dalam memilih sehingga bisa menyengsarakan dan membuat rakyat semakin menderita dalam kehidupannya.

Dalam buku Meneguhkan Tahta Untuk Rakyat (1999) menjelaskan seorang pemimpin hendaknya bisa mengontribusikan lima gatra kewibawaan regional pada era saat ini. Sebagaimana yang termuat dalam serat surya raja. Pertama, seorang pemimpin harus sanggup merefleksikan dharmajayanti, yakni tanggung jawab yang berisi amanah kalbu generasi dan tradisi leluhurnya. Kedua, seorang pemimpin dituntut agar menjadi wiramabdikka, yang bisa mengantisipasi berbagai gerak perubahan kekinian yang berusaha membebas manusia dari ketertindasan dan kemiskinan. Ketiga, seorang pemimpin harus berperan aktif sebagai priyamabdarukki, yang membentengi segenap pengupayaan budaya yang tegas. Keempat. Seorang pemimpin harus bermakna sribawanti, yang teguh menjadi juru bicara atas perubahan sosial dan inetelektual zaman. Kelima, sihdwipantara yakni seorang pemimpin harus bisa mengakomodasi simbol spiritualitas yang heterogen dan aspirasi rakyat Indonesia.

Sementara itu, menurut Arwan Tuti Artha, seorang pemimpin harus berjanji tidak boleh berprasangka, iri pada orang lain biarpun irang lain tidak senang, melainkan juga. Pemimpin harus berjanji tidak melanggar peraturan negara dan juga seorang pemimpin harus berani mengatakan yang benar itu benar, yang salah itu salah, seorang pemimpin juga harus lebih banyak memberi daripada menerima serta seorang pemimpin tidak boleh mempunyai ambisi kecuali itu untuk menyejahterakan dan mengabdikan diri kepada rakyat Indonesia.

Dalam tradisi masyarakat Jawa, situasi yang sulit seperti dengan adanya krisis ekonomi global, ini seorang pemimpin harus bisa menjadi pengayom, yang siap berdiri paling depan, ing ngarsa sung tulad- ha , menjadi panutan dan tampil mengambil tanggung jawab dengan segala risikonya. Kepemimpinan yang berorientasi pada kerakyatan yang memiliki komitmen pada janji, berwatak tabah, kokoh, toleran, selalu berbuat baik dan sosial.

Dalam Serat Sastra Gendhing. Pertama, seorang pemimpin haruslah seorang yang intelektual, berilmu, jujur, dan pandai menjaga nama, serta mampu menjalin komunikasi dengan pihak lain atas dasar kemandirian. Kedua, seorang pemimpin harus selalu berada di depan, memberi keteladanan dalam membela keadilan dan kebenaran, melainkan juga seorang pemimpin haruslah bertekad bulat menghimpun segala daya dan potensi untuk kemakmuran dan ketinggian martabat bangsa Indonesia.

Ketiga, seorang pemipim harus bertekad menjaga sumber-sumber kesucian agama, kebudaayaan dan aset-aset negara jangan sampai dijual kepada negara lain. Keempat, seorang pemimpin harus bisa mengembangkan seni sastra, seni suara, seni tari untuk mengisis peradaban bangsa Indonesia. Kelima, seorang pemimpin harus bisa menjadi pelestari dan pengembang budaya, pencetus sinar pencerahan ilmu, dan pembawa kebahagian umat, bukan malah jadi pembawa bencana umat manusia. Keenam, seorang pemimpin harus bertekad menjadi pelopor pemersatu dari berbagai kepentingan yang berbeda-beda dari waktu ke waktu serta berperan dalam perdamaiaan dunia.

Karena itu, dalam Pemilu Presiden 2009 ini masyarakat harus benar- benar melek politik untuk bisa mencermati dari jejak rekam dari para capres, seperti Susilo Bambang Yudhoyono dan M Jusuf Kalla, di antara mereka itu mana yang layak untuk kita pilih sesuai dengan hati nurani rakyat dan sesuai dengan kriteria yang telah disebutkan diatas dalam serat jawa, dan rakyat jangan pernah memilih karena ada hubungan partai politik atau karena disuap oleh uang.

Tentukannlah pilihan pemimpin bangsa Indonesi yang mampu membawa kesejahteraan, kedamaiaan, kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian, pilihlah calon pemimpin yang berkualitas, berintegritas tinggi, dan bertanggung jawab kepada rakyat dan bangsa Indonesia tercinta ini, serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Meski demikian, kekritisan dan kecerdasan pemilih untuk menentukan pilihan capres dan cawapres dari berbagai partai politik sangat diharapkan oleh publik. Sehingga dengan sikap kritis mampu merekam jejak para capres dan cawapres ini, di mana dengan mengetahuai karakter capres dan wapres, diharapkan para pemilih ini mampu melahirkan calon pemimpin yang handal dan mumpuni serta bisa menjadi teladan bagi rakyat, bertanggung jawab, mempunyai integritas yang tinggi dan mampu sepenuhnya secara tulus dan ikhlas, tanpa tendensi apa pun untuk mengabdi kepada kepentingan rakyat dan bangsa Indonesia. hf

Syahrul Kirom
Dosen STIU Chozinatul Ulum
Blora Jawa Tengah